Selasa, 05 Juni 2012

'Fast Food' yang 'Slow'

     Satu lagi fenomena menarik dalam masyarakat kita untuk diperbincangkan adalah ‘fast food’. ‘Fast food’ atau yang lebih dikenal sebagai makanan siap saji merupakan bentuk makanan yang untuk proses pengolahannya membutuhkan waktu yang singkat. Di negara asalnya ‘fast food’ sedianya di persiapkan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja atau karyawan yang memiliki waktu yang singkat. Mereka menikmati makanan tersebut dengan cepat di sela-sela waktu istirahatnya yang singkat. Anda pesan, Anda bayar, Anda nikmati, dan Anda bisa langsung meninggalkan tempat tersebut.
      Namun hal ini menjadi menarik untuk diperbicangkan ketika jenis makanan ini masuk ke Indonesia. Munculnya gerai-gerai ‘fast food’ seperti McDonald dan KFC di negeri ini ternyata tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan akan makanan siap saji. Lebih dari itu ‘fast food’ telah mengalami mengalami pergeseran makna. Di dalam masyarakat kita ‘fast food’ bisa berubah menjadi sesuatu yang ‘slow’. Menjadi sesuatu yang kontradiktif jika dilihat dari sejarah dan budaya di mana makanan itu berasal.
      Rata-rata pembeli jenis makanan ini adalah keluarga, sekelompok anak-anak muda, atau sepasang kekasih yang sedang merayakan sesuatu, sepeti ulang tahun, lulus ujian, atau habis ‘jadian’. Dimana untuk proses menikmatinya mereka tidak perlu tergesa-gesa. Mereka bisa menikmati makanan siap saji tersebut dengan ‘slow’, sambil ngobrol ‘ngalur-ngidul’ . Bahkan sampai lupa bahwa di area parkir gerai makanan siap saji tersebut menanti sekelompok orang yang sedang mengantri untuk mendapatkan tempat duduk.
      Tidak hanya itu, jenis makanan inipun bisa menjadi sebuah penanda ukuran tentang sebuah masyarakat yang modern dan ‘gaul’. Kita akan lebih bangga makan ayam goreng di gerai-gerai ‘fast food’ tersebut, di banding makan di warung-warung pinggir jalan, meskipun jenis makanannya tidak terlalu jauh berbeda. Dan anak-anak kitapun akan lebih bangga dan senang, jika dihari ulang tahunnya kita rayakan sambil makan ‘hamburger’ di gerai ‘fast food’ dibanding makan ‘nasi kuning’ buatan nenek. 'Fast food' yang di negara asalnya dikenal sebagai sesuatu yang cepat, murah, dan biasa saja, di Indonesia menjadi sesuatu yang ‘slow’, mahal, dan bergengsi. Mari kita menikmatinya!
                                                                                                                                     Gadang, 03062012