Rabu, 21 Desember 2011

Semoga Tak Terjebak Momentum dan Euforia Peringatan Hari Ibu


Hari ini tanggal 22 Desember 2011, merupakan hari yang diperingati oleh masyarakat Indonesia sebagai Hari Ibu. Ribuan ucapan melalui media sosial , twitter, facebook, dan blog, menuliskan tentang ucapan selamat kepada sosok perempuan yang bernama “ibu”. Berbagai tayangan Televisi menayangkan tentang sosok ibu. Infotainment berlomba-lomba membuat tayangan yang dramatis, hubungan antara selebritis dan ibunya.
Adakah yang salah dengan semua itu? Jelas, tidak ada yang salah dengan segala kegiatan merayakan peringatan tentang Hari Ibu tersebut. Namun, pernahkan kita bertanya, Sampai berapa lama kita merayakan peringatan itu? Sehari, seminggu, sebulan, atau setahun. Seberapa besar pengorbanan yang kita berikan untuk membalas kasih yang beliau berikan sejak kita masih kanak-kanak sampai kita tumbuh dewasa. Seberapa banyak kita belajar tentang sosok ibu yang tak pernah lelah mendidik dan membesarkan kita. Seberapa tulus kita menerima segala yang diberikan oleh ibu kita. Dan bagaimana sikap dan perilaku kita selepas peringatan Hari Ibu?
Mari merayakan setiap kebaikan-kebaikan setiap hari di dalam kehidupan kita. Tidak perlu menunggu Natal untuk menebarkan kasih. Tidak perlu menunggu Idul Fitri untuk saling memaafkan. Tidak perlu menunggu Idul Adha untuk berkurban kepada sesama. Termasuk tidak perlu menunggu peringatan Hari Ibu untuk membalas kasih tulusnya kepada kita. Mari berbakti dan membalas kasihnya setiap detik, setiap menit, dan setiap hari, selama mungkin sampai ajal memisahkan kita. Semampu kita dan setulus kita, meskipun kita tahu bahwa kita tidak kan pernah bisa membalas kasih tulusnya.

Ibu, di hatimu tersimpan mutiara kalbu yang tak kan pernah layu
Baktiku padamu tak kan terbalas oleh samudra luas kasihmu,..

                                                                                                    Batu, 22 Des 2011

Senin, 07 November 2011

KASIH IBU




 Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi  tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia

Tentu kita ingat syair lagu diatas, lagu yang sering kita nyayikan ketika kita duduk di bangku Taman Kanak-Kanak. Lagu tersebut dinyanyikan kembali oleh sekelompok siswa yang tergabung dalam kelompok Teater SMA 1 Turen, yang malam itu tampil di Sasana Budaya Universitas Negeri Malang.
Malam itu, kelompok teater dari SMA 1 Turen, menampilkan sebuah drama yang berjudul “Chit..chit”. Drama yang menceritakan tentang sekelompok tikus yang malas belajar, yang kemudian membuat perjanjian dengan ibunya. Salah satu bunyi perjanjian itu adalah bahwa anak-anak boleh bebas bermain dan bebas belajar kapan saja. Ibu tikus menyetujui perjanjian itu, dengan syarat anak-anak tikus tidak diperbolehkan memerintah Ibu  tikus.
Anak-anak tikuspun sangat senang dengan perjanjian itu, anak-anak bermain dengan  gembira , tidak perlu belajar, hanya bermain, bermain, dan bermain. Sampai pada suatu hari anak-anak tikus merasakan dirinya lapar. Namun mereka tidak berani meminta kepada Ibu tikus, karena sesuai perjanjian bahwa anak-anak tikus dilarang memerintah Ibu tikus. Sehingga anak-anak tikus pun hanya bisa menangis  karena kelaparan. Sampai akhirnya anak-anak tikuspun menyerah, dan membatalkan perjanjian itu. Ibu tikus pun kasihan melihat anak-anaknya yang kelaparan, dan memaafkan perbuatan anak-anak tikus yang nakal. Dan mereka pun hidup rukun kembali.
Sepenggal cerita, yang memberikan pemahaman kepada kita, bagaimanapun ‘nakal’nya seorang anak, seorang ibu pasti memaafkannya. Sebagaimana pepatah mengatakan ‘kasih anak sepanjang gala, kasih ibu sepanjang jalan’,….
     Batu, 8 November 2011

Rabu, 02 November 2011

KETIDAKPASTIAN,....

       Adakah yang tahu tentang apa yang terjadi esok hari? Adakah yang tahu kita nanti seperti apa? Bertemu siapa? Makan Apa? Kerja di mana?Jodoh kita siapa? Kita hidup di mana dsb. Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi besok, 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun, dan 10 tahun ke depan; karena itu belum terjadi. Yang kita tahu adalah bahwa kita menginginkan sesuatu itu terjadi sesuai yang kita inginkan hari ini. Kemudian kita mencoba untuk membuat rencana-rencana agar sesuatu itu bisa terjadi.

       Tuhan mengirimkan begitu banyak ketidakpastian kepada kita, agar kita mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, tantangan-tantangan baru, sehingga kita akan terus belajar, belajar, dan belajar lagi. Maka bersiaplah menghadapi ketidakpastian-ketidakpastian yang di berikan Tuhan di setiap perjalanan kita.               
       Bersiaplah untuk menerima segala hal yang akan membuat Anda menemukan kepastian-kepastian baru, dan ketidakpastian-ketidakpastian baru. Selamat menikmati ketidakpastian!