Rabu, 21 November 2012

LAYANG-LAYANG




Pernahkah ketika kecil dulu kita bermain layang-layang. Layang-layang yang terbuat dari bambu dan kertas tipis. Kita mainkan dengan seutas benang di lapangan, bersama teman-teman kecil kita. Begitu menyenangkan, begitu menggembirakan.
Betapa susahnya ketika memulai untuk menerbangkannya, kadang-kadang sebelum naik ke atas layang-layang menukik ke kanan dan ke kiri, dan kita terus berusaha untuk menerbangkannya. Sampai kita berhasil menerbangkannya. Kita ulur sedikit demi sedikit benang layang-layang itu, sambil sesekali kita tarik-tarik. Layang-layang itupun lambat laun terbang semakin tinggi. Dan kitapun berusaha tetap menjaganya agar layangan itu tetap pada posisinya, terbang tinggi diangkasa.
Itulah gambaran kehidupan kita, seperti bermain layang-layang. Kita belajar tentang kapan kita harus mengulur dan kapan kita harus menarik, sehingga impian kita bisa terbang tinggi sesuai yang kita harapkan. Tak perlu takut ketika baru menerbangkannya pertama kali, karena semua awalan itu tidaklah mudah. Semuanya harus kita lakukan dengan sukacita. Karena kesukaran itu akan terbayarkan ketika berhasil  menerbangkannya. Semua kesukaran akan menjadi sebuah pengalaman berharga ketika kita sudah mendapatkan apa yang kita impikan.
Dan perlu kita pahami juga bahwa layang-layang bisa terbang tinggi karena layang-layang  melawan angin. Ia tidak akan bisa terbang tinggi jika harus mengikuti angin. Ia harus melawan angin, melawan setiap persoalan-persoalan yang setiap saat hadir dalam kehidupan kita. Berusaha menghadapi setiap permasalahan-permasalahan, dan mencari jalan keluarnya. Dan menjadikannya sebuah ‘media’ untuk menerbangkan layang-layang kehidupan kita, seperti yang kita harapkan.
                                                                                             Gadang, 10.15/18.11.2012

Selasa, 05 Juni 2012

'Fast Food' yang 'Slow'

     Satu lagi fenomena menarik dalam masyarakat kita untuk diperbincangkan adalah ‘fast food’. ‘Fast food’ atau yang lebih dikenal sebagai makanan siap saji merupakan bentuk makanan yang untuk proses pengolahannya membutuhkan waktu yang singkat. Di negara asalnya ‘fast food’ sedianya di persiapkan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja atau karyawan yang memiliki waktu yang singkat. Mereka menikmati makanan tersebut dengan cepat di sela-sela waktu istirahatnya yang singkat. Anda pesan, Anda bayar, Anda nikmati, dan Anda bisa langsung meninggalkan tempat tersebut.
      Namun hal ini menjadi menarik untuk diperbicangkan ketika jenis makanan ini masuk ke Indonesia. Munculnya gerai-gerai ‘fast food’ seperti McDonald dan KFC di negeri ini ternyata tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan akan makanan siap saji. Lebih dari itu ‘fast food’ telah mengalami mengalami pergeseran makna. Di dalam masyarakat kita ‘fast food’ bisa berubah menjadi sesuatu yang ‘slow’. Menjadi sesuatu yang kontradiktif jika dilihat dari sejarah dan budaya di mana makanan itu berasal.
      Rata-rata pembeli jenis makanan ini adalah keluarga, sekelompok anak-anak muda, atau sepasang kekasih yang sedang merayakan sesuatu, sepeti ulang tahun, lulus ujian, atau habis ‘jadian’. Dimana untuk proses menikmatinya mereka tidak perlu tergesa-gesa. Mereka bisa menikmati makanan siap saji tersebut dengan ‘slow’, sambil ngobrol ‘ngalur-ngidul’ . Bahkan sampai lupa bahwa di area parkir gerai makanan siap saji tersebut menanti sekelompok orang yang sedang mengantri untuk mendapatkan tempat duduk.
      Tidak hanya itu, jenis makanan inipun bisa menjadi sebuah penanda ukuran tentang sebuah masyarakat yang modern dan ‘gaul’. Kita akan lebih bangga makan ayam goreng di gerai-gerai ‘fast food’ tersebut, di banding makan di warung-warung pinggir jalan, meskipun jenis makanannya tidak terlalu jauh berbeda. Dan anak-anak kitapun akan lebih bangga dan senang, jika dihari ulang tahunnya kita rayakan sambil makan ‘hamburger’ di gerai ‘fast food’ dibanding makan ‘nasi kuning’ buatan nenek. 'Fast food' yang di negara asalnya dikenal sebagai sesuatu yang cepat, murah, dan biasa saja, di Indonesia menjadi sesuatu yang ‘slow’, mahal, dan bergengsi. Mari kita menikmatinya!
                                                                                                                                     Gadang, 03062012

Senin, 09 April 2012

GRATIS*) sebuah dunia yang terselip

Dalam koran Kompas Edisi Minggu, 8 April 2012 setidaknya ada kurang lebih 4 iklan komersial yang menggunakan tanda *). Dalam koran tersebut ditulis GRATIS *) dengan huruf yang lebih besar, yang diikuti dengan tulisan “syarat dan ketentuan berlaku” atau  dalam bahasa ‘keren’nya “term & condition apply” dengan ukuran huruf yang jauh lebih kecil.
Realitas tanda *) seperti ini tidak hanya kita temukan di iklan-iklan surat kabar saja, tetapi juga seringkali kita temukan juga di billboard, spanduk, poster yang terpampang di tepi-tepi jalan dan juga  di tempat-tempat pembelanjaan. Misal: Discount 70%!*), dan disudut lainnya tertulis dengan huruf yang sangat kecil “*) minimal pembelian  Rp 200.000,00”.
Itulah salah satu strategi dunia pemasaran yang kadangkala ‘menjebak’ diri kita untuk melakukan tindakan pembelian. Mempengaruhi pola berpikir kita dari sebuah keinginan menjadi kebutuhan untuk mengkonsumsi atau memiliki. Setiap saat setiap waktu hadir terselip dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dunia tanda *) adalah sebuah realitas semu yang sedang beredar di sekitar kita. Sebuah realitas pencitraan. Sebuah senyum manis yang tulus namun menyimpan pamrih. Yang membentuk karakter-karakter masyarakat yang semu pula. Dan pada akhirnya kita pun akan kesulitan menemukan kenyataan-kenyataan di dalam dunia yang semakin semu.
Selamat bertemu dengan “jebakan-jebakan batman” berikutnya!  
Gadang, 07042012

Sabtu, 31 Maret 2012

Just Do It



“Just Do It” itulah salah satu bunyi slogan salah satu produk sepatu olahraga yang cukup terkenal di dunia. Ya, lakukan saja apa yang ingin Anda lakukan saja saat ini. Benar atau salah tidak perlu Anda pedulikan. Selama itu tidak melanggar norma hukum dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Anda tidak perlu takut untuk melakukannya. Kita tidak akan pernah tahu apa yang kita lakukan tersebut benar atau salah, sebelum kita mencobanya.
Seringkali kita beralasan tidak berani untuk mencoba hal-hal baru dikarenakan kita takut untuk melakukan kesalahan. Padahal hanya dengan melakukan kesalahanlah kita akan menemukan adanya kebenaran. Dengan mencoba dan melakukan kesalahan-kesalahan  itulah kita akan tahu kenapa bisa begini dan bisa begitu. Sehingga pada akhirnya kita pun tidak akan mengulangi kesalahan-kesalahan itu di kemudian hari.
Lakukan dengan segera apa yang inginkan Anda lakukan saat ini. Jika Anda takut melakukan sesuatu karena takut salah, Anda  akan tetap bertemu dengan ‘ketakutan’ itu di kemudian hari. Maka lebih baik Anda ‘mengalahkan’ rasa takut itu saat ini dengan melakukannya. Dan Anda pun akan menemukan hal-hal baru karena sudah berani untuk mencobanya.
Kebenaran yang didapatkan dari sebuah kesalahan karena melakukannya lebih baik daripada kebenaran yang didapatkan karena tidak melakukannya.
Just Do It!

Gadang , 31032012/22:27

Selasa, 06 Maret 2012

MASA DEPAN

Adakah yang tahu masa depan diri kita masing-masing nantinya seperti apa?
Adakah yang tahu apa yang kita lakukan esok hari?
Jelas, semuanya tidak akan ada yang tahu masa depan kita nanti seperti apa. Kita hanya bisa merencanakan apa yang kita lakukan esok hari. Kita hanya bisa merencanakan masa depan, tetapi kita tidak bisa menentukannya, karena semua hal yang terjadi di masa depan belum pernah terjadi.
Lalu bagaimana menghadapi masa depan yang belum tentu pasti, walaupun kita sudah merencanakannya. Santai saja, karena kita tidak tahu masa depan seperti apa, maka tidak perlu memikirkan masa depan kita nanti seperti apa. Toh, kita tidak hidup di masa depan, kita hidup di masa kini.
Masa depan adalah kumpulan dari masa lalu, kumpulan dari masa kini yang sedang kita jalani saat ini. Oleh karena itu yang perlu kita lakukan adalah bagaimana kita melakukan hal-hal yang terbaik di masa kini, karena di masa depan hal-hal yang kita lakukan saat ini itulah yang akan membentuk masa depan kita nanti seperti apa. Master Oogway, gurunya Po dalam film "Kungfu Panda" pernah mengatakan "yesterday is history, tomorrow is a mystery, but today is a gift". Maka janganlah engkau risau akan masa depanmu, karena masa depan itu adalah HARI INI. Lakukan hal yang terbaik hari ini, maka di masa depan kamu akan bertemu hal-hal terbaik yang sudah kamu lakukan saat ini.
                                                                                                                                   Batu, 7 Maret 2012