Hari ini tanggal 22 Desember
2011, merupakan hari yang diperingati oleh masyarakat Indonesia sebagai Hari
Ibu. Ribuan ucapan melalui media sosial , twitter, facebook, dan blog,
menuliskan tentang ucapan selamat kepada sosok perempuan yang bernama “ibu”. Berbagai
tayangan Televisi menayangkan tentang sosok ibu. Infotainment berlomba-lomba
membuat tayangan yang dramatis, hubungan antara selebritis dan ibunya.
Adakah yang salah dengan semua
itu? Jelas, tidak ada yang salah dengan segala kegiatan merayakan peringatan
tentang Hari Ibu tersebut. Namun, pernahkan kita bertanya, Sampai berapa lama
kita merayakan peringatan itu? Sehari, seminggu, sebulan, atau setahun.
Seberapa besar pengorbanan yang kita berikan untuk membalas kasih yang beliau
berikan sejak kita masih kanak-kanak sampai kita tumbuh dewasa. Seberapa banyak
kita belajar tentang sosok ibu yang tak pernah lelah mendidik dan membesarkan
kita. Seberapa tulus kita menerima segala yang diberikan oleh ibu kita. Dan
bagaimana sikap dan perilaku kita selepas peringatan Hari Ibu?
Mari merayakan setiap
kebaikan-kebaikan setiap hari di dalam kehidupan kita. Tidak perlu menunggu
Natal untuk menebarkan kasih. Tidak perlu menunggu Idul Fitri untuk saling
memaafkan. Tidak perlu menunggu Idul Adha untuk berkurban kepada sesama.
Termasuk tidak perlu menunggu peringatan Hari Ibu untuk membalas kasih tulusnya
kepada kita. Mari berbakti dan membalas kasihnya setiap detik, setiap menit,
dan setiap hari, selama mungkin sampai ajal memisahkan kita. Semampu kita dan
setulus kita, meskipun kita tahu bahwa kita tidak kan pernah bisa membalas
kasih tulusnya.
Ibu, di hatimu tersimpan mutiara kalbu yang tak kan pernah layu
Baktiku padamu tak kan terbalas oleh samudra luas kasihmu,..
Batu, 22 Des 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar